Senin, 21 Februari 2022

Produk Halal, Antara Gaya Hidup dan Sadar Halal

 



Produk halal telah menjadi bagian dari bisnis dunia yang nilainya sangat besar dan menjanjikan. Bukan hanya negara-negara Islam (Islamic countries) yang peduli produk halal, negara-negara “sekuler” dan minoritas muslim pun menjadikan isu halal ini sebagai competitive advantage. Jepang, misalnya, menjadi salah satu negara paling berambisi menjadi role model produk halal dunia. Pemerintah Jepang sangat gencar membangun berbagai fasilitas untuk mengembangkan bisnis produk halal. Satu kota di Jepang, yaitu Fuji, sudah mendeklarasikan diri sebagai kota halal.
Peluang bisnis makanan halal cukup menjanjikan di negara-negara minoritas muslim seperti Thailand, Selandia Baru, Korea Selatan, China, Australia, Prancis, Amerika Serikat, dan Eropa. Pasar atau konsumen halal tak melulu warga asing muslim. Pertumbuhan penduduk muslim di negara-negara tersebut turut memicu kebutuhan konsumsi halal. Sebagai gambaran, populasi muslim dunia diperkirakan mencapai 2,2 miliar jiwa pada 2030 atau 23% populasi dunia. Dari jumlah itu terbanyak berada di Asia-Pasifik, lalu Timur Tengah, Afrika Subsahara, Eropa, hingga Amerika Utara dan Latin.

Asia-Pasifik sebagai kawasan terbesar populasi muslim dunia, mencapai 62% umat Islam, menjadi pasar potensial produk halal. Tercatat Indonesia, India, Pakistan, dan Bangladesh sebagai penyumbang terbesar populasi. Selain itu, di negara-negara minoritas muslim pasarhalaltumbuhsecarasignifikan. Thailand jauh-jauh hari mempromosikan diri sebagai pusat pangan halal, buffer zone halal kitchen of the world. Selandia Baru menjadi negara pengekspor daging halal terbesar di dunia, menyalurkan 65% daging halal ke negara-negara nonmuslim. China menempatkan diri sebagai the highest modest (halal) clothing export, sementara Korea Selatan berobsesi menjadi destinasi wisata halal terkemuka.

Eropa sebagai kawasan populasi muslim terbesar keempat dunia juga berpeluang besar sebagai pasar produk halal. Permintaan produk halal di Eropa meningkat rerata 15% per tahun. Era Baby-Boom Du Halal yang melanda Prancis satu dasawarsa lalu, memicu pertumbuhan besar-besaran produk halal. Pasar daging menempati permintaan tertinggi di antara makanan halal lainnya di negeri yang terkenal dengan Menara Eiffel-nya ini. 

Pertumbuhan pasar dan pro- duk halal dunia itu memicu gaya hidup halal yang berskala dunia atau global halal lifestyle. Pada level personal, tren gaya hidup halal ditandai makin mem- baiknya kesadaran halal (halal awareness) masyarakat (bukan hanyamuslim)yangdipengaruhi cara pandang, prinsip, dan nilai yang dianut seseorang dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Di Indonesia, fenomena konsumen memilih makanan halal, berbelanja produk halal, mengenakan pakaian muslimah, rekreasi ke destinasi yang ramah muslim (muslim friendly), atau bertransaksi menggunakan produk-produk syariah bukan hal yang ganjil. Semua perilaku itu bisa disebut gaya hidup halal karena dilandasi kesadaran bahwa halal bukan saja karena perintah agama, tetapi baik dan berguna bagi kehidupan.

Kesadaran individual untuk berperilaku halal ini diikuti gerakan kolektif membangun kehidupan yang lebih baik dengan standar, prinsip, dan nilai yang relevan dengan tuntutan syariat Islam. Muncullah kemudian bentuk-bentuk kesalehan baru bagaimana orang Islam hidup, bekerja, bertingkah laku, mengonsumsi makanan dan minuman, mengenakan busana, perawatan tubuh, menyalurkan minat, dan bagaimana membelanjakan uang serta mengalokasikan waktunya. 

Tak dinyana kesadaran ini membuka peluang baru di sektor produk halal yang meluas. Sektor pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti kuliner, fashion, farmasi, personal care products, media, pariwisata, pendidikan, ibadah haji dan umrah, zakat/infak/sedekah/ wakaf, hingga preferensi keuangan syariah, bahkan properti, hotel, dan rumah sakit kini bergeliat menjadi lahan bisnis halal yang menantangdan menjanjikan.

Pada sektor-sektor ini Indonesia adalah ceruk pasar halal yang masih terbuka.

Berdasarkan laporan State of Global Islamic Economy Report (SGIE) 2020, Indonesia masuk barisan tiga besar negara dengan nilai investasi tertinggi untuk produk-produk halal yang mencapai USD6,3 miliar atau tumbuh 219% dari tahun sebelumnya. Belum lagi dengan keuntungan demografik, 209,1 juta jiwa penduduk muslim, Indonesia menjadi the big opportunity dalam pengembangan Industri halal.

Pangsa pasar halal food berada di kisaran Rp2.300 triliun, sementara Islamic fashion mempunyai potensi hingga Rp190 triliun. Pariwisata halal diperkirakan Rp135 triliun, potensi haji dan umrah sebesar Rp120 triliun, dan pendidikan sudah merangkak ke angka Rp40 triliun. Jadi, hanya bermain pada local market saja, sebenarnya cukup bagi Indonesia untuk memenangkan persaingan industri halal dunia.

Atmosfer industri halal makin kondusif setelah pemberlakuan Undang- Undang Nomor 33/2014 tentang Jaminan Produk Halal yang beberapa pasalnya direvisi dengan UU Nomor 11/2020 tentang Cipta Kerja. Pelaku industri yang bergerak di bidang halal kini menyadari pentingnya sertifikat dan label halal untuk menjamin kepastian kehalalan produk yang dihasilkan. Selain makanan dan minuman, kategori produk yang terkena kewajiban besertifikat halal meliputi barang dan jasa. Obat,kosmetik,produkbiologi, produk kimiawi, rekayasa genetika, penyembelihan hewan, logistik, hingga barang gunaan seperti peralatan rumah tangga dan alat kesehatan, di samping transaksi perbankan maupun nonperbankan.

Industri halal memiliki peluang sangat besar untuk terus berkembang. Lebih-lebih masa pandemi Covid-19 membuat penerapan gaya hidup halal sebagai rutinitas sehari-hari menemukan relevansinya. Menjaga imunitas tubuh misalnya membuka peluang produk-produk makanan, minuman, obat, dan vaksin halal. Kebiasaan seorang muslim mandi dan mencuci tangan, berkumur-kumur dan mencuci hidungnya minimal lima kali sehari saat berwudu minimal membutuhkan sabun mandi, hand sanitizer, pasta gigi atau produk perawatan gigi, sampo, lotion, krem, tabir surya, wewangian, dan barang-barang rumah tangga. Kebiasaan baru ini kemudian memunculkan gaya hidup bersih,rapi,ramah lingkungan, peduli terhadap kesehatan pribadi yang relevan dengan prinsip gaya hidup halal. 

Hikmah Covid-19 mendorong kreativitas tanpa henti. Malaysia lebih progresif menginovasi logistik halal,salah satunya produk sabun yang mengandung tanah. Seperti diketahui, menurut hukum fikih, apabila barang terkena najis mughalladhah (najis kategori berat) harus dicuci (samak) tujuh kali, salah satunya dicampur dengan tanah (turab) . Penemuan mutakhir menyebutkan bahwa dalam unsur tanah terdapat tetracycline, jenis antibiotik yang mampu membunuh bakteri dan kuman.

 (Dikutip dari artikel Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal Kementerian Agama Republik Indonesia)

Senin, 14 Februari 2022

Kisah Perjuangan Menyelesaikan Studi Pascasarjana


 

Ketika itu, bulan September tahun 2020 penulis mendaftarkan diri untuk melanjutkan studi S2. Sesuai arahan dari pengasuh Pondok Peantren PPAI Nurul Hikmah agar mendaftar di kampus Unversitas Raden Rahmat atau yang biasa disebut UNIRA. Kampus ini berlokasi di desa Mojosari Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang. Penulis mengambil formulir, dan mengisi di tempat.

Pendidikan studi S2 di UNIRA ditempuh 2 tahun. Selama 2 tahun terdiri 4 semeter dan pada semester ke 4 fokus mengerjakan tugas akhir atau yang disebut tesis. Semester pertama dimulai pada awal bulan oktober tahun 2020. Saat itu pula istri penulis akan proses melahirkan, yang pada akhirnya lahir putri pertama di bulan November 2020. 

 


Bulan berganti bulan. Tahun berganti tahun dan semester ilih berganti. Tak terasa proses studi S2 hampir mendekati selesai.  Penulis memasuki semester 4. SK judul tesis dan dosen pembimbing juga sudah keluar. Perjuangan dalam  proses menyelesaikan karya tuli akhir juga dimulai.

Penulis mulai mencari referensi, untuk melengkapi penyelesaian tesis. Saat bimbingan, banyak nasehat dan motivasi yang didapat dari dosen pembimbing. Waktu 5 bulan berlalu, proposal tesis juga siap untuk diujikan ke depan dosen pembimbing.

Seminar proposal tesis dilaksanakan seminggu sebelum ibadah Romadhon. Ada ungkapan menarik dari teman santri kala itu. Kang (pangilan akrab usia lebih tua dalam bahasa jawa) sampean ujian sempro jalur ziaroh. Kenapa ? tanya saya. Jawabnya, karena ujiannya tidak sampai selesai sudah ditunggu rombongan untuk ikut ziaroh. Alhamdulilah barokahnya ziaroh.  Hasil sempro dinyatakan lulus dan bisa melanjutkan menyelesaikan tesis. 



 

Setelah sempro ada waktu 4 bulan penulis melakukan bimbingan dan menyelesaikan tesis. Tepatnya akhir Agustus tahun 2021, penulis mengikuti ujian tesis. Berbeda dengan sempro yang dilakukan terbuka, tetapi ujian tesis dilaksanakan tertutup. Di dalam tempat ujian hanya ada seorang peserta dan empat orang penguji. Setiap peserta hanya diberi waktu presentasi 10 menit dan 20 menit tanya jawab dengan penguji.

Melalui doa orang tua dan persiapan yang matang, penulis melalui ujian tesis dengan lancar. Meskipun masih banyak yang perlu direvisi.  Sebuah ungkapan yang masih teringat dari seorang penguji yang disampaikan kepada penulis. Alhamdulilah anda bisa sampai di ruangan ini, karena banyak mahasiswa ketika sampai di ujung perkuliahan atau ujian akhir tidak dapat menyelesaikan karya tulisnya.

Memang semua membutuhkan sebuah perjuangan dan keseriusan dalam proses mengerjakan karya tulis. Istilah lainnya yakni harus fokus, begitulah kata ketua prodi yang saat itu menguji tesis. Alhamdulilah ujian tesis dapat dilalui. Kemudian pada tanggal 9 bulan Oktober penulis mengikuti yudisium. Yudisium yang biasa dikenal dengan pengumuman kelulusan. Menurut prof Sunardji, kelulusan yang sebenarnya adalah saat yudisium sedangkan wisuda adalah resepsi atas kelulusan. 





 

Pada tiga bulan berikutnya, tepatnya pada tanggal 15 Januari 2022 penulis mengikuti wisuda. Wisuda ini  dilaksanakan di hotel aria kota malang dengan peserta wisuda terdiri dari mahasiswa strata satu dan mahasiswa strata dua. Kegiatan ini dimulai tepat pukul 07.30 dan selesai pukul 12.00.  Prosesi wisuda tidak hanya sekedar memindah tali kuncir dari kiri ke kanan tetapi membutuhkan suatu proses dan perjuangan.

Hikmah yang dapat diambil dari kisah tersebut di atas. Kita dalam proses belajar sejak dini harus mempunyai cita-cita yang tinggi. Dari cita-cita tersebut kita wajib ikhtiyar dan berdoa agar dapat tercapai. Semua memang sudah ada garis takdir. Tetapi bila kita usaha dan doa, pastilah Allah memberi yang terbaik. Terpenting dari itu semua adalah kemauan untuk teru belajar menjadi lebih baik. 

 

Semoga bermanfaat. Ingat, bertambahnya gelar bertambahnya amanah yang harus diemban dan wajib mempunyai sifat dan sikap ketawadhua’an. Penulis memohon doa restu dari para pembaca agar dapat amanah dalam mengemban suatu gelar yang disandang. Semoga senantiasa memdapat hidayah dan maunah dari Allah SWT.

 

Malang, 14 Februari 2022

 

 

Penguatan Moderasi Beragama dan Bela Negara

            Senin, 31 Juli 2023 Guru Pendidikan Agama Islam mengikuti Penguatan Moderasi Beragama dan Bela Negara di aula SMP Darul Faqih In...